kalimat terakhir 2016


Woy... masih hidup lu broo? Begitulah kadang kalimat intro yang terlontar saat berjumpa dengan kawan-kawan, walaupun cuma beberapa minggu tak bersua – entah alay atau sok asik begitulah. Seperti doa - ungkapan sukur nan sederhana sarat makna, yaa... mentafakuri karunia sang Maha Kuasa masih diberi waktu di dunia yang fana ini. Amin pak haji... macam betul yaa? Hahaha

Sisi lain film TOBA DREAMS “Sebuah Janji Cinta” dari tanah BATAK


Haloo... Salam hangat untuk kita semua dimana-pun berada saat ini, pada kesempatan ini kita membahas sedikit tentang film yang telah lama tayang di layar lebar TOBA DREAMS “Sebuah Janji Cinta”, bukan tentang cinta-cinta-an-nya to’ yaa... hehehe. Film ini diadaptasi dari novel seorang purnawirawan jendral, Letjen TNI (Purn). Dr. (HC). Tiopan Bernhard Silalahi akrab disapa Tebe Silalahi yang berjudul “TOBA DREAMS”. Oiya, kita bukan meresensi film dan juga isi dari novel tersebut melainkan membahas lebih mendalam ke sisi kehidupan BATAK TOBA yang menjadi latar utama pada film garapan sutradara senior Benni Setiawan ini. Berkat peran serta T.B. Silalahi sebagai eksekutif produser, film ini menyajikan lebih nyata suasana kehidupan di huta (kampung) Balige, gereja, rumah-rumah gorga (rumah adat Batak Toba) dan lain sebagainya. Menurut saya, film ini berhasil mempertontonkan benang-merah kehidupan Batak Toba, menjadi catatan bahwa tidak semua kehidupan orang Batak persis seperti cerita di film ini, tapi inilah keberhasilan film TOBA DREAMS bisa menggeneralisir dan menampilkan ikhtisar kehidupan Batak Toba berkat kemasan yang apik keindahan alam-nya, kehidupan di huta (kampung) halaman dan juga berkat sentuhan pernik adat-istiadat masyarakat di tanah Batak Toba.